Skip to main content

Indonesia’s decisive move to modernise its naval patrol capability

Indonesia’s spread is vast: its 18,000 islands extend over 5,000km – further than the distance across Europe. Every day, its navy navigates a complex pattern of islands and channels whose myriad hiding places provide strong temptations for illegal fishing and other criminal activities. Determined to protect the Indonesian Exclusive Economic Zone, the country’s ministry of defence is taking decisive action to safeguard its waters. This includes a recent decision to modernise KRI Usman-Harun – one of three multi-role light frigates – through a thorough programme of re-equipping and enhancement.

Dating from the 1990s, the corvette had reached a point where it no longer feasible to maintain the ageing electronics of its mission systems. But the ministry knew that its plan to refit and reintegrate the bulk of the ship’s onboard systems wouldn’t be easy. The complexity was far greater than for a new-build project – and no contract for a novice. As the project moved towards the competitive tendering stage, thoughts turned logically to Thales. Indonesia’s navy had recent, highly positive experience with Thales systems on its new Raden Eddy Martadinata Class frigates. Moreover, Thales could offer a cast-iron record in major warship refits – from the Netherlands and Germany, to Thailand and Columbia.

Thales saw the opportunity to help a long-term customer clarify its needs and complete the feasibility work needed. The company drew on strong relations with local Indonesian players – eventually partnering with state-owned enterprise PT Len Industri (Persero), to offer a solid local base and a channel to transfer hi-tech expertise into the country. Thales and PT Len assembled an array of specialists – ranging from experts in electronic warfare, to systems integration and platform engineering by Dutch naval architect Nevesbu. Together, they carried out comprehensive analysis and onboard survey work to produce the detailed blueprint for an integrated set of systems that would bring the frigate bang up to date.

The combination of rigour, experience, and local excellence was a winning formula. In addition, the systems’ commonality with those on other Indonesian ships would reduce training time and facilitate management and maintenance. An ambitious final specification was drawn up, including Thales’s latest-generation TACTICOS Combat Management System, SMART-S Mk2 3D and STIR 1.2 EO Mk2 radars, a Vigile Mk2 ESM, and two new tactical data links – Link Y Mk2 and a tactical data link that will be wholly delivered by PT Len, providing connectivity to Indonesia’s military communications network and enabling the corvette to play its full part in wider naval task forces. Existing weaponry will also be fully integrated, and a new VL MICA surface-to-air missile system added – a significant boost for vessel self-defence.

TACTICOS is at the heart of the upgrade, bringing a step change in performance through its advanced data-processing and presentation abilities. Determined to deliver excellence, Thales also worked hard to ensure that the TACTICOS Maritime Security module could be included within the project’s budget, a feature that will provide vital intelligence by enabling interrogation of the international AIS and ADSB databases of aircraft and shipping. AI-assisted analysis will automatically alert operators to unusual behaviour at sea or in the sky – moving the needle further from reconnaissance to intelligence.

In March 2020, Indonesia’s defence ministry formally launched the modernisation, signing an agreement with lead contractor, PT Len, and Thales, to upgrade KRI Usman-Harun – with completion expected by 2023. The project will see Indonesia’s navy equipped with a highly capable and robust ship whose open-architecture systems will guarantee effectiveness for decades to come – whether protecting Indonesia’s economic interests or supporting task forces in wider missions.

 

Langkah tegas Indonesia untuk memodernisasi kemampuan patroli lautnya.

Bagaimana keunggulan lokal dan keahlian Thales akan membantu mengamankan perairan dan ekonomi Indonesia pada dekade-dekade yang akan dating. 

Wilayah kepulauan Indonesia sangatlah luas terdiri lebih dari 17.000 pulau yang terbentang pada lebih dari 5.000 km yang lebih jauh daripada jarak bentangan Eropa. Setiap hari Angkatan Laut Indonesia mengarungi alur pelayaran yang kompleks di antara pulau-pulau dan perairan-perairan dengan banyaknya tempat-tempat tersembunyi yang bisa memberikan peluang bagi penangkapan ikan ilegal. Dengan tekad yang kuat untuk melindungi zona ekonomi eksklusif Indonesia maka Kementerian Pertahanan Indonesia mengambil keputusan yang tegas untuk mengamankan perairannya. Hal ini meliputi keputusan untuk memodernisasi KRI Usman Harun, satu dari tiga multi-role light frigate, melalui program penggantian sistem elektronik dan senjata serta peningkatan kemampuan secara menyeluruh.

Kapal ini dibuat pada tahun 1990-an yang telah mencapai titik di mana tidak lagi memungkinkan untuk mempertahankan elektronik dari mission system yang sudah tua. Tetapi pihak kementerian menyadari bahwa rencana untuk memasangkan dan mengintegrasikan sebagian besar dari sistem yang ada pada kapal tersebut tidaklah mudah. Kompleksitasnya jauh melebihi proyek pembuatan kapal baru dan bukanlah sebuah kontrak bagi pihak yang tidak berpengalaman. Seiring dengan berjalannya proyek menuju tahap tender yang kompetitif, secara logis pandangan Angkatan Laut dan Kementerian Pertahanan mulai beralih kepada Thales. Angkatan Laut Indonesia sudah memiliki pengalaman yang sangat positif dengan sistem Thales yang digunakan pada frigate baru di kelas Raden Eddy Martadinata. Terlebih lagi Thales memiliki pengalaman dan rekam jejak yang mumpuni dalam revitalisasi menyeluruh terhadap kapal-kapal perang yang besar dari Belanda, Jerman, sampai ke Thailand dan Kolumbia.

Thales melihat kesempatan untuk membantu pelanggan jangka panjang nya untuk mengklarifikasi kebutuhannya dan menyelesaikan analisa kelayakan yang dibutuhkan. Thales menjalin hubungan yang kuat dengan perusahaan lokal di Indonesia dan pada akhirnya menjalin mitra kerjasama dengan perusahaan BUMN PT Len Industri (Persero), untuk menawarkan kemitraan lokal yang erat dan jalur untuk melakukan alih teknologi bagi Indonesia. Thales dan PT Len menyusun tim tenaga ahli; mulai dari tenaga ahli dalam peperangan elektronik, sampai ke integrasi sistem dan rekayasa bangunan kapal oleh arsitek kapal perang Nevesbu dari Belanda. Bersama-sama mereka melakukan analisa yang menyeluruh dan survey langsung pada kapal untuk membuat blueprint sistem yang terintegrasi untuk memperbarui frigate tersebut.

Kombinasi dari kerja keras, pengalaman, dan keahlian lokal merupakan kunci kemenangan. Selain itu, komunalitas dengan sistem yang ada pada kapal-kapal Indonesia yang lain akan mengurangi waktu pelatihan dan mendukung manajemen dan pemeliharaan sistem tersebut. Spesifikasi akhir yang mumpuni lalu dibuat, termasuk di dalamnya generasi terakhir dari Thales TACTICOS Combat Management System, radar SMART-S Mk2 3D dan STIR 1.2 EO Mk2, Vigile Mk2 ESM, dan dua tactical data link yang baru yakni Link Y Mk2 dan sebuah tactical data link yang sepenuhnya akan dibuat oleh PT Len, yang memberikan konektivitas pada jaringan komunikasi militer Indonesia dan memungkinkan kapal tersebut mampu untuk memainkan peran sepenuhnya dalam  gugus tugas kelautan yang lebih luas. Persenjataan yang ada juga akan diingtegrasikan sepenuhnya, dan sistem rudal yang baru yakni VL MICA surface-to-air akan ditambahkan yang merupakan penambahan yang penting dan berarti bagi pertahanan kapal tersebut.

TACTICOS Combat Management System adalah inti dari peningkatan kemampuan tersebut yang memberikan satu langkah maju dalam performa sistem melalui proses dan penampilan data yang mutakhir. Dengan tekad untuk memberikan yang terbaik, Thales sudah bekerja keras untuk memastikan bahwa modul TACTICOS Maritime Security masuk dalam anggaran proyek di mana modul ini merupakan sebuah fitur yang akan menyediakan data intelijen yang vital dengan memungkinkan interogasi pada database AIS dan ADSB internasional untuk mengidentifikasi kapal perang atau kapal komersial. Analisa yg dibantu dengan Artificial Intelligence akan menginformasikan kepada operator secara otomatis akan perilaku yang tidak biasa terjadi di laut atau di udara dan selanjutnya beralih dari operasi pengintaian ke operasi intelijen.

Pada bulan Maret 2020, Kementerian Pertahanan Indonesia secara resmi meluncurkan proyek modernisasi dan selanjutnya menandatangani persetujuan dengan PT Len sebagai kontraktor utama dan diikuti kontrak dengan Thales untuk meningkatkan kemampuan KRI Usman Harun. Pelaksanaan pekerjaan ini diharapkan selesai pada tahun 2023. Proyek ini akan memperlihatkan bahwa Angkatan Laut Indonesia memiliki kapal yang berkemampuan tinggi dan tangguh dengan sistem arsitektur terbuka yang akan menjamin efektifitas pada dekade-dekade mendatang untuk melindungi baik ekonomi Indonesia maupun mendukung gugus tugas dalam misi-misi yang lebih luas.